Monday, 19 August 2013

cahaya diatas cahaya 4;-BUKAN PARADOKS, TIDAK USAH DIPERTENTANGKAN, Cahaya diatas Cahaya

[1]
Seburuk apapun makluk, sejahat apapun makluk, sebusuk apapun makluk, semua yang diciptakan Allah pasti ada manfaatnya.

Jangankan seekor nyamuk, babi atau anjing, setan dan iblis sekalipun tidak diciptakan Allah kecuali dengan manfaatnya masing-masing.

Rabbanaa maa khalaqta haadzaa baathilan subhaanaka faqinaa 'adzaaba alnnaari - Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini semua dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka[1]”.
 [1] QS. Al ‘Imraan: 191.

[2]
Hidup ini tidak berjalan kedepan tapi mundur ke belakang. Hidup dalam proses kembali ke kampung halaman sejati. Dari Nya kembali kepada Nya jua. Tidak ada tujuan lain. Semua kampung telah manusia lalui; kampung dunia, kampung barzah, kampung akhirat. Tinggal menuju kampung asal, Yaitu kembali kepada Allah.

[3]
Namanya utusan tidak pernah berhenti mewakili yang mengutus. Sesungguhnya tiap-tiap diri adalah utusan (rasul) dengan risalah masing-masing di buminya masing-masing[1].
[1] Ruh adalah utusan Allah yang diturunkan ke dalam jasad (bumi) sehingga manusia menjadi hidup sesuai dengan ketetapan takdirnya masing-masing. Tidak hanya manusia, apapun makluk adalah utusan-utusan Allah

[4]
Aku bertanya kepada-Nya “Ya Allah bagaimana nasib saudara-saudaraku yang tidak beragama Islam. Akankan mereka Engkau beri keselamatan?” Allah menjawab, “Sesungguhnya orang-orang Mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja diantara mereka yang benar-benar sholeh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati[1]”.

Dan Allah mempertegas lagi, “ Inna alladziina aamanuu waalladziina haaduu waalnnashaaraa waalshshaabi-iina man aamana biallaahi waalyawmi al-aakhiri wa'amila shaalihan falahum ajruhum 'inda rabbihim walaa khawfun 'alayhim walaa hum yahzanuuna - Sesungguhnya orang-orang Mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal sholeh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati[2]”.
[1] QS. Al Maidah: 69.
[2] QS. Al Baqarah: 62. Ayat ini tidak hanya berlaku untuk ahli kitab sebelum Al-Quran, tapi seterusnya, karena Al-Quran berlaku sepanjang jaman. Hal ini membuktikan bahwa Islam adalah “rahmatul lil alamin”.

[5]
“Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang[1]. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat,  tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombala berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya[2], lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu[3]-[4]”. Sesungguhnya Allah mencintai agama yang lurus  dan toleran.

[1] Jalan yang terang maksudnya agama-agama yang dibawahkan oleh para Nabi dan Rasul.
[2] Pada akhirnya semua umat yang berbeda-beda agama akan dikembalikan semuanya kepada Allah tanpa membeda-bedakan satu umat dengan umat yang lain.
[3] Segala perselisihan diantara pemeluk agama adalah hal yang sudah menjadi ketetapan Allah dalam sejarah umat manusia.
[4] QS.Al Maa’idah: 48.

[6]
Malaikat bukan makluk yang paling taat, ada makluk lain yang lebih taat kepada Allah, yaitu bernama Ajajil.  Ajajil diberi tepat paling depan untuk memimpin tawaf di Baitul Makmur, baru kemudian dibelakangnya diikuti oleh para malaikat.

Ketika Allah menawarkan kepada para Malaikat dan Ajajil untuk berperan antagonis dalam penciptaan dan perjalanan manusia sebagai khalifah di bumi,  para Malaikat takut menerima peran itu, kecuali Ajajil.

Dan setelah Adam diciptakan, dimulailah skenario kepada Ajajil yang diberi gelar “Iblis”, artinya “Sang Pembangkang yang congkak dan takabur”.

Ketahuilah Allah memberi isyarat dengan suatu perintah; 
Waid kulna lil malaikati yasjudu ila adam, fasjudu illa iblis[1]”, artinya “Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat. Sujudlah engkau kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis”.

Iblis tidak mau bersujud, karena hanya Malaikat yang disuruh. Iblis cukup hanya bersujud pada Tuhannya saja.
[1] QS. Al Baqarah: 34, QS. Al Israa’: 17, QS. Thaahaa: 116

[7]
Ketahuilah bahwa Adam dan Hawa diturunkan di bumi bukan karena Iblis berhasil membujuk mereka untuk makan buah kuldi, sebelum Adam diciptakan Tuhan berkata kepada para Malaikat "Innii jaa'ilun fii al-ardhi khaliifatan - Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah didalam bumi[1]".
 [1] QS. Al Baqarah: 30.

[8]
Seorang manusia atau kaum sekalipun tidak bisa merubah nasib, karena “Allahu la yughoiru ma bikaumin hatta yughoiru ma bianfusihim-Sesungguhnya Allah tidak merubah nasib sesuatu kaum sehingga mereka merubah nasib yang ada pada diri mereka sendiri[1]”.

Ayat itu belum selesai!

Berikutnya dikatakan “Waidarodallahu bikoumin sukaan fala maradallahu - Dan apabila Allah menghendaki keburukan nasib terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolak nasib tersebut”.

Ditambah lagi di akhir “Waman lahum min dunih, min walin-Dan sekali-kali tak ada pelindung bagi nasib mereka selain Dia”.

Selanjutnya dikatakan, “Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki Nya di antara hamba-hamba Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang[2]”.

Ketahuilah apabila manusia berusaha merubah nasib, maka usaha merubah nasib mereka adalah bagian dari nasib mereka sendiri.
[1] QS. Ar Raad: 11.
[2] QS. Yunus: 107.

[9]
Mungkin Allah membukakan bagimu pintu ketaatan, tetapi tidak membukakan bagimu pintu kema’rifatan. Mungkin juga sebaliknya, Tuhan menentukan bagimu dosa, tetapi membukakan pintu kema’rifatan yang lebih sempurna atas Nya.

[10]
Salah satu tanda kebodohan manusia adalah keinginan untuk menunjukkan kepandaiannya pada orang lain. Sama halnya sebagian tanda kepandaian seorang adalah keberanian menunjukkan kebodohannya pada orang lain.

Dan salah satu tanda kekafiran manusia adalah keinginan untuk menunjukan keimanannya pada atas orang lain. Demikian juga sebagian tanda keimanan seorang adalah keberanian untuk menunjukkan kekafirannya pada orang lain.

[11]
Terkadang Allah melakukan penyelamatan, memberikan rejeki, serta membuka rahasia-rahasiaNya, dibelakang suatu kejadian yang seakan bernama musibah atau kecelakaan.

[12]
Bila engkau tinggalkan dunia dan engkau merasa bangga telah mampu meninggalkannya, maka rasa bangga itu lebih besar dosanya ketimbang engkau menyimpan dunia.

Bila engkau bisa meninggalkan aib-aib nafsumu dan engkau kagum bisa meninggalkannya, maka kagum tehadap kemampuan meninggalkan aib nafsumu adalah aib terbesarmu.

Bila engkau  merasa takut kepada Allah dan engaku merasa aman dengan rasa takut tersebut, maka aman yang muncul dari rasa takut itu lebih besar dosanya dari pada engkau merasa tidak takut kepada Allah.

Belajarlah engkau agar mengetahui bahwa yang mampu meninggalkan dunia, yang mampu meninggalkan aib-aib nafsu, yang mampu merasa takut kepada Allah adalah diri Allah sendiri.

[13]
Kemaksiatan yang mewariskan rasa hina dan rasa sangat memerlukan kepada Allah, adalah lebih baik dari pada ketaatan yang mewariskan rasa mulia dan besar diri.

[14]
Jangan dikira bahwa jarak antara surga dan neraka jauh, sungguh jarak keduanya adalah dekat. Bahkan penduduk neraka bisa bercakap-cakap dengan penduduk surga. “Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga; Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direjekikan Allah kepadamu. Mereka penghuni surga menjawab, sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir[1]”.
[1] QS. Al A'raaf: 50.

[15]
Apabila Tuhan menjadikan engkau merasa jemu dangan maklukNya, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Dia ingin membukakan untukmu pintu bermesraan dengan Nya.

[16]
Ada manusia yang  menyatakan tidak cinta kepada Allah dan benar-benar tidak mencintaiNya, dan ada yang menyatakan cinta kepada-Nya tapi ia tidak benar-benar mencintai-Nya. Berlindunglah engkau dari sifat keduanya.

[17]
Mau jadi orang fasik, silahkan. Mau jadi orang bertakwa, ya silahkan. Karena Allah jualah yang mengilhamkan kepada jiwa itu kefasikan dan ketakwaannya.  “Fa alhamahaa Fujurohaa wa Taqwahaa[1]”
[1] QS. Asy Syams: 48.

[18]
Sesungguhnya Jibril, Isrofil, Mikail, Izroil, Nungkar Nangkir dan semua malaikat-mereka tidak non aktif melainkan terus bekerja pada tiap diri manusia. Dan mereka tidak pernah lalai sedikitpun.

Para malaikat bekerja pada tiap diri manusia terus-menerus. Setiap saat Mikail membagi rejeki pada diri seorang[1], maka setiap saat pula Izroil mencabut nyawa pada diri seorang[2], setiap saat pula Israfil[3] meniup sangkakala pada diri seorang, setiap saat Nungkar Nangkir menanya dialam kubur pada diri seorang[4].
[1] Rejeki yang dimaksud bukan hanya berupa harta dan benda, tapi semua aktivitas manusia-bahkan nafaspun adalah rejeki.
[2] Kematian terjadi setiap saat tatkala manusia hidup seiring dengan diturunkannya cahaya ruh yang terus menerus, dan Izroil bertugas menarik nyawa (ruh) yang telah digantikan.
[3] Tiupan sangkakala Isrofil terus menerus untuk membangkitkan hati manusia yang mati, yaitu kematian yang terjadi dikehidupan.
[4] Hati manusia ditanya oleh malaikat mengenai siapa Tuhanya, siapa nabinya, dan apa kitabnya. Jawaban yang diberikan tergantung keadaan hantinya menuhankan siapa, tergantung kepada siapa hatinya mengikuti tuntunan, tergantung pada apa hatinya mengikuti petunjuk. Pertanyaan-pertanyaan tersebut setiap saat ditanyakan Nungkar-Nangkir dalam hati manusia, yaitu alam kuburnya masing masing.

[19]
Semakin tinggi ilmu pengetahuan, kesaktian, kewaskitaan, kedigdayaan seorang-bisa jadi sebagai tanda semakin menurunnya drajat ketauhidtannya kepada Allah. Karena semakin tinggi  pengenalan seorang kepada Allah maka akan semakin malu dan tunduklah ia kepada Ke-Esaan Nya.

[20]
Iblis benar-benar bersujud kepada Tuhan, tapi tidak mau bersujud kepada manusia. Dari prilakuknya sekarang, sulit dipungkiri bahwa manusia tidak benar-benar bersujud kepada Tuhan justru lebih memilih bersujud kepada Iblis. Lebih baik mana Iblis dengan manusia?

Yang menyuruh Iblis menolak bersujud kepada Adam adalah Allah. Yang menyuruh Iblis menggoda Adam agar memakan buah Kuldi, Allah sendiri. Bahkan yang menyuruh Iblis memusuhi Allah, Dia juga. Karena Allah Maha berkuasa atas segala sesuatu.

Iblis berkata kepada anak cucu Adam, "Wahai Anak Adam, sebenarnya aku menolak bersujud kepada Bapakmu, karena aku takut engkau balik bersujud kepadaku. Cukuplah engkau bersujud kepada Yang Menciptakanmu saja".

[21]
Tetaplah berdoa dan berusaha atas kebahagiaan yang engkau inginkan, tapi ketetapan Allah tidak bisa dirubah atas segala doa dan usaha yang engkau lakukan. Karena sesungguhnya doa dan usaha yang engkau lakukan termasuk ketetapan Allah juga.

“Janganlah engkau berduka cita terhadap apa yang luput dari mu, dan jangan engkau terlalu gembira terhadap apa yang diberikan Nya kepada mu[1], karena tiada suatu bencana serta kebahagiaan yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab Lauhul Mahfuzh sebelum engkau diciptakan[2]”.
[1] Diambil dari QS. Al Hadiid: 23.
[2] Diambil dar QS. Al Hadiid: 22.

[22]
Katakanlah: " Qul kullun min 'indi allaahi - Semuanya (kebajikan dan kejahatan itu) datangnya dari sisi Allah"[1].

Sehingga Rasulullah berdoa; “Ya Tuhanku. Sesungguhnya aku berlindung dengan Mu dari Mu." Rasulullah berdoa demikian karena memang tahu bahwa tidak hanya kebajikan, tapi kejahatan juga datangnya dari Allah.
[1] QS. An Nisaa': 78. Untuk keterangan yang sifatnya bisa menimbulkan penyalagunaan pemahaman, Allah tidak memberikan kalimat secara nyata, tapi disingkat atau disamarkan, dan manusia disuruh berpikir sendiri. Contohnya ayat An Nisaa’ 78, cukup dikatakan ‘Semuanya’, sebenarnya yang maksudnya adalah semua ‘kebajikan dan kejahatan’.


[23]
“Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat saja, tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya[1]”.

"Alaa ilaa allaahi tashiiru al-umuuru [2] " Ingatlah, bahwa Allah adalah tempat kembalinya segala urusan, tak terkecuali  kepada mereka yang telah disesatkanNya.
[1] QS. An Nahl: 93.
[2] QS. Asy Syuura: 53, demikian juga pada QS. Al Hajj: 41, QS. Al Anfaal: 44. Q.  Al Baqarah: 210, QS. Faathir: 4, QS. Luqman: 22,  QS. Al Hadiid:5,  QS. Ali 'Imraan: 109; Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan.

No comments:

Post a Comment

Blogroll