[1]
Seburuk apapun makluk, sejahat apapun makluk, sebusuk apapun makluk, semua yang diciptakan Allah pasti ada manfaatnya.
Jangankan
seekor nyamuk, babi atau anjing, setan dan iblis sekalipun tidak
diciptakan Allah kecuali dengan manfaatnya masing-masing.
“Rabbanaa maa khalaqta haadzaa baathilan subhaanaka faqinaa 'adzaaba alnnaari -
Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini semua dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka[1]”.
[1] QS. Al ‘Imraan: 191.
[2]
Hidup
ini tidak berjalan kedepan tapi mundur ke belakang. Hidup dalam proses
kembali ke kampung halaman sejati. Dari Nya kembali kepada Nya jua.
Tidak ada tujuan lain. Semua kampung telah manusia lalui; kampung dunia,
kampung barzah, kampung akhirat. Tinggal menuju kampung asal, Yaitu
kembali kepada Allah.
[3]
Namanya
utusan tidak pernah berhenti mewakili yang mengutus. Sesungguhnya
tiap-tiap diri adalah utusan (rasul) dengan risalah masing-masing di
buminya masing-masing[1].
[1] Ruh adalah utusan Allah
yang diturunkan ke dalam jasad (bumi) sehingga manusia menjadi hidup
sesuai dengan ketetapan takdirnya masing-masing. Tidak hanya manusia,
apapun makluk adalah utusan-utusan Allah
[4]
Aku
bertanya kepada-Nya “Ya Allah bagaimana nasib saudara-saudaraku yang
tidak beragama Islam. Akankan mereka Engkau beri keselamatan?” Allah
menjawab, “Sesungguhnya orang-orang Mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin
dan orang-orang Nasrani, siapa saja diantara mereka yang benar-benar
sholeh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula
mereka bersedih hati[1]”.
Dan Allah mempertegas lagi, “ Inna
alladziina aamanuu waalladziina haaduu waalnnashaaraa waalshshaabi-iina
man aamana biallaahi waalyawmi al-aakhiri wa'amila shaalihan falahum
ajruhum 'inda rabbihim walaa khawfun 'alayhim walaa hum yahzanuuna - Sesungguhnya
orang-orang Mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan
orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman
kepada Allah, hari kemudian dan beramal sholeh, mereka akan menerima
pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan
tidak pula mereka bersedih hati[2]”.
[1] QS. Al Maidah: 69.
[2]
QS. Al Baqarah: 62. Ayat ini tidak hanya berlaku untuk ahli kitab
sebelum Al-Quran, tapi seterusnya, karena Al-Quran berlaku sepanjang
jaman. Hal ini membuktikan bahwa Islam adalah “rahmatul lil alamin”.
[5]
“Untuk
tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang
terang[1]. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu
umat, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu,
maka berlomba-lombala berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali
kamu semuanya[2], lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu
perselisihkan itu[3]-[4]”. Sesungguhnya Allah mencintai agama yang
lurus dan toleran.
[1] Jalan yang terang maksudnya agama-agama yang dibawahkan oleh para Nabi dan Rasul.
[2]
Pada akhirnya semua umat yang berbeda-beda agama akan dikembalikan
semuanya kepada Allah tanpa membeda-bedakan satu umat dengan umat yang
lain.
[3] Segala perselisihan diantara pemeluk agama adalah hal yang sudah menjadi ketetapan Allah dalam sejarah umat manusia.
[4] QS.Al Maa’idah: 48.
[6]
Malaikat
bukan makluk yang paling taat, ada makluk lain yang lebih taat kepada
Allah, yaitu bernama Ajajil. Ajajil diberi tepat paling depan untuk
memimpin tawaf di Baitul Makmur, baru kemudian dibelakangnya diikuti
oleh para malaikat.
Ketika Allah
menawarkan kepada para Malaikat dan Ajajil untuk berperan antagonis
dalam penciptaan dan perjalanan manusia sebagai khalifah di bumi, para
Malaikat takut menerima peran itu, kecuali Ajajil.
Dan
setelah Adam diciptakan, dimulailah skenario kepada Ajajil yang diberi
gelar “Iblis”, artinya “Sang Pembangkang yang congkak dan takabur”.
Ketahuilah Allah memberi isyarat dengan suatu perintah;
“Waid kulna lil malaikati yasjudu ila adam, fasjudu illa iblis[1]”,
artinya “Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat.
Sujudlah engkau kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis”.
Iblis tidak mau bersujud, karena hanya Malaikat yang disuruh. Iblis cukup hanya bersujud pada Tuhannya saja.
[1] QS. Al Baqarah: 34, QS. Al Israa’: 17, QS. Thaahaa: 116
[7]
Ketahuilah
bahwa Adam dan Hawa diturunkan di bumi bukan karena Iblis berhasil
membujuk mereka untuk makan buah kuldi, sebelum Adam diciptakan Tuhan
berkata kepada para Malaikat "Innii jaa'ilun fii al-ardhi khaliifatan - Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah didalam bumi[1]".
[1] QS. Al Baqarah: 30.
[8]
Seorang manusia atau kaum sekalipun tidak bisa merubah nasib, karena “Allahu la yughoiru ma bikaumin hatta yughoiru ma bianfusihim-Sesungguhnya Allah tidak merubah nasib sesuatu kaum sehingga mereka merubah nasib yang ada pada diri mereka sendiri[1]”.
Ayat itu belum selesai!
Berikutnya dikatakan “Waidarodallahu bikoumin sukaan fala maradallahu - Dan apabila Allah menghendaki keburukan nasib terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolak nasib tersebut”.
Ditambah lagi di akhir “Waman lahum min dunih, min walin-Dan sekali-kali tak ada pelindung bagi nasib mereka selain Dia”.
Selanjutnya
dikatakan, “Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka
tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah
menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak
kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki Nya
di antara hamba-hamba Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang[2]”.
Ketahuilah apabila manusia berusaha merubah nasib, maka usaha merubah nasib mereka adalah bagian dari nasib mereka sendiri.
[1] QS. Ar Raad: 11.
[2] QS. Yunus: 107.
[9]
Mungkin
Allah membukakan bagimu pintu ketaatan, tetapi tidak membukakan bagimu
pintu kema’rifatan. Mungkin juga sebaliknya, Tuhan menentukan bagimu
dosa, tetapi membukakan pintu kema’rifatan yang lebih sempurna atas Nya.
[10]
Salah
satu tanda kebodohan manusia adalah keinginan untuk menunjukkan
kepandaiannya pada orang lain. Sama halnya sebagian tanda kepandaian
seorang adalah keberanian menunjukkan kebodohannya pada orang lain.
Dan
salah satu tanda kekafiran manusia adalah keinginan untuk menunjukan
keimanannya pada atas orang lain. Demikian juga sebagian tanda keimanan
seorang adalah keberanian untuk menunjukkan kekafirannya pada orang
lain.
[11]
Terkadang
Allah melakukan penyelamatan, memberikan rejeki, serta membuka
rahasia-rahasiaNya, dibelakang suatu kejadian yang seakan bernama
musibah atau kecelakaan.
[12]
Bila
engkau tinggalkan dunia dan engkau merasa bangga telah mampu
meninggalkannya, maka rasa bangga itu lebih besar dosanya ketimbang
engkau menyimpan dunia.
Bila engkau bisa
meninggalkan aib-aib nafsumu dan engkau kagum bisa meninggalkannya, maka
kagum tehadap kemampuan meninggalkan aib nafsumu adalah aib terbesarmu.
Bila
engkau merasa takut kepada Allah dan engaku merasa aman dengan rasa
takut tersebut, maka aman yang muncul dari rasa takut itu lebih besar
dosanya dari pada engkau merasa tidak takut kepada Allah.
Belajarlah
engkau agar mengetahui bahwa yang mampu meninggalkan dunia, yang mampu
meninggalkan aib-aib nafsu, yang mampu merasa takut kepada Allah adalah
diri Allah sendiri.
[13]
Kemaksiatan
yang mewariskan rasa hina dan rasa sangat memerlukan kepada Allah,
adalah lebih baik dari pada ketaatan yang mewariskan rasa mulia dan
besar diri.
[14]
Jangan
dikira bahwa jarak antara surga dan neraka jauh, sungguh jarak keduanya
adalah dekat. Bahkan penduduk neraka bisa bercakap-cakap dengan
penduduk surga. “Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga;
Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direjekikan
Allah kepadamu. Mereka penghuni surga menjawab, sesungguhnya Allah
telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir[1]”.
[1] QS. Al A'raaf: 50.
[15]
Apabila
Tuhan menjadikan engkau merasa jemu dangan maklukNya, maka ketahuilah
bahwa sesungguhnya Dia ingin membukakan untukmu pintu bermesraan dengan
Nya.
[16]
Ada
manusia yang menyatakan tidak cinta kepada Allah dan benar-benar tidak
mencintaiNya, dan ada yang menyatakan cinta kepada-Nya tapi ia tidak
benar-benar mencintai-Nya. Berlindunglah engkau dari sifat keduanya.
[17]
Mau
jadi orang fasik, silahkan. Mau jadi orang bertakwa, ya silahkan.
Karena Allah jualah yang mengilhamkan kepada jiwa itu kefasikan dan
ketakwaannya. “Fa alhamahaa Fujurohaa wa Taqwahaa[1]”
[1] QS. Asy Syams: 48.
[18]
Sesungguhnya
Jibril, Isrofil, Mikail, Izroil, Nungkar Nangkir dan semua
malaikat-mereka tidak non aktif melainkan terus bekerja pada tiap diri
manusia. Dan mereka tidak pernah lalai sedikitpun.
Para
malaikat bekerja pada tiap diri manusia terus-menerus. Setiap saat
Mikail membagi rejeki pada diri seorang[1], maka setiap saat pula Izroil
mencabut nyawa pada diri seorang[2], setiap saat pula Israfil[3] meniup
sangkakala pada diri seorang, setiap saat Nungkar Nangkir menanya
dialam kubur pada diri seorang[4].
[1] Rejeki yang dimaksud bukan hanya berupa harta dan benda, tapi semua aktivitas manusia-bahkan nafaspun adalah rejeki.
[2]
Kematian terjadi setiap saat tatkala manusia hidup seiring dengan
diturunkannya cahaya ruh yang terus menerus, dan Izroil bertugas menarik
nyawa (ruh) yang telah digantikan.
[3] Tiupan sangkakala Isrofil terus menerus untuk membangkitkan hati manusia yang mati, yaitu kematian yang terjadi dikehidupan.
[4]
Hati manusia ditanya oleh malaikat mengenai siapa Tuhanya, siapa
nabinya, dan apa kitabnya. Jawaban yang diberikan tergantung keadaan
hantinya menuhankan siapa, tergantung kepada siapa hatinya mengikuti
tuntunan, tergantung pada apa hatinya mengikuti petunjuk.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut setiap saat ditanyakan Nungkar-Nangkir
dalam hati manusia, yaitu alam kuburnya masing masing.
[19]
Semakin
tinggi ilmu pengetahuan, kesaktian, kewaskitaan, kedigdayaan
seorang-bisa jadi sebagai tanda semakin menurunnya drajat ketauhidtannya
kepada Allah. Karena semakin tinggi pengenalan seorang kepada Allah
maka akan semakin malu dan tunduklah ia kepada Ke-Esaan Nya.
[20]
Iblis
benar-benar bersujud kepada Tuhan, tapi tidak mau bersujud kepada
manusia. Dari prilakuknya sekarang, sulit dipungkiri bahwa manusia tidak
benar-benar bersujud kepada Tuhan justru lebih memilih bersujud kepada
Iblis. Lebih baik mana Iblis dengan manusia?
Yang
menyuruh Iblis menolak bersujud kepada Adam adalah Allah. Yang menyuruh
Iblis menggoda Adam agar memakan buah Kuldi, Allah sendiri. Bahkan yang
menyuruh Iblis memusuhi Allah, Dia juga. Karena Allah Maha berkuasa
atas segala sesuatu.
Iblis berkata kepada
anak cucu Adam, "Wahai Anak Adam, sebenarnya aku menolak bersujud
kepada Bapakmu, karena aku takut engkau balik bersujud kepadaku.
Cukuplah engkau bersujud kepada Yang Menciptakanmu saja".
[21]
Tetaplah
berdoa dan berusaha atas kebahagiaan yang engkau inginkan, tapi
ketetapan Allah tidak bisa dirubah atas segala doa dan usaha yang engkau
lakukan. Karena sesungguhnya doa dan usaha yang engkau lakukan termasuk
ketetapan Allah juga.
“Janganlah engkau
berduka cita terhadap apa yang luput dari mu, dan jangan engkau terlalu
gembira terhadap apa yang diberikan Nya kepada mu[1], karena tiada suatu
bencana serta kebahagiaan yang menimpa di bumi dan tidak pula pada
dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab Lauhul Mahfuzh
sebelum engkau diciptakan[2]”.
[1] Diambil dari QS. Al Hadiid: 23.
[2] Diambil dar QS. Al Hadiid: 22.
[22]
Katakanlah: " Qul kullun min 'indi allaahi - Semuanya (kebajikan dan kejahatan itu) datangnya dari sisi Allah"[1].
Sehingga
Rasulullah berdoa; “Ya Tuhanku. Sesungguhnya aku berlindung dengan Mu
dari Mu." Rasulullah berdoa demikian karena memang tahu bahwa tidak
hanya kebajikan, tapi kejahatan juga datangnya dari Allah.
[1]
QS. An Nisaa': 78. Untuk keterangan yang sifatnya bisa menimbulkan
penyalagunaan pemahaman, Allah tidak memberikan kalimat secara nyata,
tapi disingkat atau disamarkan, dan manusia disuruh berpikir sendiri.
Contohnya ayat An Nisaa’ 78, cukup dikatakan ‘Semuanya’, sebenarnya yang
maksudnya adalah semua ‘kebajikan dan kejahatan’.
[23]
“Dan
kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat saja,
tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk
kepada siapa yang dikehendaki-Nya[1]”.
"Alaa ilaa allaahi tashiiru al-umuuru [2] " Ingatlah, bahwa Allah adalah tempat kembalinya segala urusan, tak terkecuali kepada mereka yang telah disesatkanNya.
[1] QS. An Nahl: 93.
[2]
QS. Asy Syuura: 53, demikian juga pada QS. Al Hajj: 41, QS. Al Anfaal:
44. Q. Al Baqarah: 210, QS. Faathir: 4, QS. Luqman: 22, QS. Al
Hadiid:5, QS. Ali 'Imraan: 109; Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di
langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan.
No comments:
Post a Comment