[1]
Betapa
banyak umat Islam disibukkan dengan urusan ibadah ‘mahdhah’ (ritual),
tetapi mengabaikan kemiskinan, kebodohan, penyakit, kelaparan,
kesengsaraan, dan kesulitan hidup yang diderita saudara-saudara mereka.
Mereka itu tak lain adalah para pendusta agama.
“Ara-ayta alladzii yukadzdzibu bialddiini - Tahukah kamu orang yang mendustakan agama?”
“Fadzaalika alladzii yadu''u alyatiima - Itulah orang yang menghardik anak yatim”
“Walaa yahudhdhu 'alaa tha'aami almiskiini - dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin
“Fawaylun lilmushalliina - Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat”
“Alladziina hum 'an shalaatihim saahuuna - Yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya[1]”
“Alladziina hum yuraauuna - Orang-orang yang berbuat riya”
“Ayamna'uuna almaa'uuna - Dan enggan menolong dengan harta yang berguna[2]”.
[1] Lalai dari sholat maksudnya melakukan sholat tapi tidak tau apabila orang lain membutuhkan pertolongan.
[2] QS. Al Maa'uun: 1-7.
[2]
Ketahuilah
milyaran uang dihamburkan untuk membangun masjid tempat peribadatan
yang megah, disaat ribuan orang masih harus menanggung beban berat
untuk mencari sesuap nasi. Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu
senantiasa menjadi pangkal keraguan dalam hati mereka, kecuali apabila
hati mereka itu telah hancur.
Sesungguhnya
mereka itu mendirikan masjid bukan atas dasat taqwa, melainkan seperti
mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu
jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahanam. Dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Ratusan Juta
uang dipakai untuk naik haji berulang kali, disaat ribuan orang sakit
menggelepar menunggu maut karena tidak mampu berobat. Secara ekstrinsik
demikian itu sikap beragama, tetapi secara intrinsik tidak beragama.
[3]
Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan
tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta
yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, musafir yang memerlukan pertolongan dan orang-orang yang
meminta-minta; dan memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan
menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia
berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan
dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya; dan
mereka itulah orang-orang yang bertakwa[1].
Maka
janganlah engkau berbantah-bantahan tentang kemana arah kamu
menghadap untuk menyembah Allah, dan janganlah berbantah- bantahan
tentang jalan mana yang kamu pilih. Bukan yang demikian dikatakan orang
yang benar-benar bertakwa. Tapi orang yang bertakwa adalah mereka yang
beriman dan berbuat baik kepada sesama mereka.
[1] QS. Al Baqarah: 177.
[4]
Seumpama
engkau menemukan lubuk makna sangat mendalam dari kedekatanmu kepada
Allah, yaitu kema'rifatanmu terhadap Allah, maka rahasiakanlah!
Masih
banyak fakir-miskin dan orang-orang yang membutuhkan pertolongan
disekitarmu, maka tafsirkan saja secara sosial ke-ma'rifatan-mu, yaitu
menyatunya Allah dengan orang-orang lemah didalam qalbu dan akal
sehat pikiranmu.
[5]
“Innamaa tunshoruuna wa turhamuuna wa turzaquuna bi du’afaaikum
[1]". Sesungguhnya kalian semua diselamatkan oleh Allah, ditolong oleh
Allah, dan diberi rizki terus-menerus oleh Allah karena ada orang yang
lemah diantara kalian.
Dan hamba-hamba
Tuhan yang Maha Penyayang itu ialah orang-orang yang berjalan di atas
bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka,
mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan.
"Wa'ibaadu alrrahmaani alladziina yamsyuuna 'alaa al-ardhi hawnan wa-idzaa khaathabahumu aljaahiluuna qaaluu salaamaan [2]"
--------
[1] Al Hadist.
[2] Al Furqaan: 63.
No comments:
Post a Comment