[1]
Allah
menganugerahkan kefahaman yang dalam tentang Al-Qur’an dan hikmah[1]
kepada siapa yang dikehendakiNya. Dan barang siapa yang dianugrahi
hikmah, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya
orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran dari hikmah
tersebut[2].
“Rabbi hab lii hukman wa-alhiqnii bialshshaalihiina - Ya Tuhan-ku, berikanlah kepada ku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang sholeh[3]”.
[1] Hikmah dalah pengetahuan yang mendalam tentang rahasia-rahasia Allah.
[2] Diambil dari QS. Al Baqarah: 269.
[3] Doanya Nabi Ibrahim dalam QS. Asy Syu'ara': 83.
[2]
“Sesungguhnya
engkau sekali-kali tidak akan sanggup memahami ilmu-ku, karena ilmu-ku
ini ialah yang diajarkan kepada ku tetapi tidak diajarkan kepada mu,
dan engkau juga memiliki ilmu yang tidak aku pahami, karena ilmu mu itu
yang diajarkan kepada mu tetapi tidak diajarkan kepada ku[1]”.
[1] Salinan bebas perkataan Nabi Khidir kepada Nabi Musa sewaktu keduanya bertemu.
[3]
Ini
adalah bacaan yang diberikan kepadamu supaya engkau mengeluarkan
dirimu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan ijin
Tuhan-mu, yaitu menuju jalan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.
[4]
Yang
tidak terdengar oleh-mu, yang tidak terbaca oleh-mu, yang tidak
terpikirkan oleh-mu, yang tak terpahami oleh-mu, yang sembunyi dibalik
kata dan huruf, yang membuat tergoncang hatimu, untuk itulah
kalimat-kalimat ini dibuat agar engkau memahami ilmu hikmah dari
Al-Qur’an.
[5]
Langit,
bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, laut, batu, pohon dan banyak
lagi yang disebutkan oleh Al -Qur’an, yang sebenarnya sebagai
perumpamaan bagi orang-orang yang berilmu.
Lihatlah
ayat yang berbunyi; “Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada
sebuah gunung, pasti engkau akan melihatnya tunduk terpecah belah
disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu
Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir[1]”.
Dan ketahuilah, bahwa gunung yang terpecah belah itu adalah perumpamaan hati manusia.
[1] QS. Al Hasyr: 21. Apabila Al-Quran dibacakan pada manusia, maka hati mereka menjadi tunduk terhadap kebesaran Allah.
[6]
“Sesungguhnya
Allah tidak segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih
rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah, maka
mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Nya, tetapi mereka yang
kafir mengatakan: Apakah maksud Tuhan menjadikan ini untuk perumpamaan?
Dengan perumpamaan itu banyak orang yang Allah sesatkan, dan dengan
perumpamaan itu pula banyak orang yang Allah beri petunjuk. Dan tidak
ada yang Allah sesatkan kecuali orang-orang yang fasik[1]”.
“Perumpamaan itu Allah buat untuk manusia, dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu[2]”.
[1] QS. Al Baqarah: 26.
[2] QS. Al 'Ankabuut: 43.
[7]
Perumpamaan
orang-orang yang dipikulkan kepadanya ayat-ayat Allah, kemudian mereka
tiada memahami perumpaman-perumpamanNya adalah seperti keledai yang
membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang
mendustakan ayat-ayat Nya[1].
[1] Diambil dari
QS.Al-Jumu'ah: 5. Orang yang sudah diberi petunjuk, tapi tidak tau
maksud yang terkandung didalamnya, padahal kemana mana membawa petunjuk
tersebut. Mereka seperti keledai yang memanggul Taurat. Hal ini seperti
orang Yahudi jamannya Nabi Musa yang telah diberi Taurat tetapi tidak
mengerti kandungan-kandungannya walaupun mereka sangat membanggakannya.
[8]
Kepada Rasulullah Muhammad, Dia turunkan kepada beliau perumpamaan dalam ayat-ayat-Nya, yang didalamnya mengandung hikmah.
Dan
janganlah engkau heran walaupun Allah telah mengulang-ulang bagi
manusia dalam Al-Qur’an bermacam-macam perumpamaan sebagai jalan menujuh
ilmu hikmah, tapi manusia adalah makhluk yang paling banyak
membantah[1].
[1] Diambil dari QS. Al Kahfi: 54.
[9]
Hati
manusia oleh Al-Qur’an diumpamakan berbagai macam. Hati manusia
diumpamakan gunung, laut, langit, gua, sungai, kebun, batu, terompah.
Bahkan
hati juga diumpamakan binatang; diumpamakan burung, anjing, babi,
semut, keledai. Kalau hal engkau pahami maka ayat Al-Qur’an seperti madu
yang disaring[1].
[1] Madu yang disaring adalah
ayat-ayat Al-Quran yang telah diperdalam maknanya sehingga diketahui
arti hakikatnya. Kata madu yang disaring terdapat di QS. Muhammad: 15.
[10]
Setengah
dari pada ilmu ada yang sangat rahasia seperti keadaan sesuatu yang
tersembunyi, tidak dapat diketahui ilmu yang sangat rahasia itu kecuali
oleh Ulama Billah[1] dan Arifin Billah[2]. Maka apabila mereka
menyebutkan ilmu rahasia itu, kebanyakan manusia beriman
mengingkarkannya kecuali oleh Ulama dan Arifin Billah itu sendiri[3].
Ilmu yang dirahasialkan tidak lain adalah ilmu hikmah Al-Qur’an dan kema’rifatan kepada Allah.
[1] Ulama Billah adalah ulama yang mengenal Allah.
[2] Arifin Billah adalah manusia yang mengenal Allah.
[3] Al Hikam, Ibnu Athailah.
[11]
Tidak
diturunkan Al-Qur’an itu kecuali terdapat banyak ayat yang saling
berlawanan. Ayat yang satu bisa berlawanan dengan ayat yang lain apabila
engkau tidak bisa meletakkan pada wadah mana maksud dari ayat-ayat
tersebut.
[12]
Gunung,
bumi, orang mati yang dapat bicara yang dikatakan Al-Qur’an[1] adalah
perumpamaan hati manusia. Hati manusia akan tergoncang, akan terbelah,
akan dapat hidup dan bicara karena mendapat cahaya dari kitab suci
Al-Qur’an.
[1] Terdapat di QS. Ar Ra’d: 31.
[13]
“Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi[1], silih bergantinya malam dan
siang[2], bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi
manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan
air itu Dia hidupkan bumi sesudah matinya dan Dia sebarkan di bumi itu
segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan
antara langit dan bumi, sungguh hal itu terdapat ayat-ayat bagi kaum
yang memikirkan[3]”.
Allah tidak
membukakan rahasia-rahasia[4] Nya kecuali bagi mereka yang piliranya
mampu memahami ayat-ayat yang tertulis di alam semesta, karena dengan
itu Ia membuat berbagai perumpamaan.
[1] Langit dan bumi dapat diartikan manusia, yang terdiri dari jiwa manusia adalah langit dan raga manusia adalah bumi.
[2]
Silih bergantinya siang dan malam dapat diartikan kondisi hati manusia
yang silih berganti antara terang (mendapat petunjuk) dan kafir (dalam
kegelapan).
[3] QS. Al Baqarah: 164.
[4] Rahasia-rahasia yang ada dunia dan akhirat.
[14]
Dan
banyaklah orang berilmu tentang Al-Qur’an mampu mengartikan bahasanya,
tapi sedikit yang mampu mengartikan perumpamaan dan hikmah- Nya.
[15]
Ingatlah
engkau bahwa Al-Qur’an itu obyek bukan subyek. Ia tidak bisa melakukan
perubahan, ia alat perubahan. Akal-mu lah yang merupakan subyek
perubahan.
[16]
Betapa
banyak diantara engkau yang membaca dan mengartikan Al-Qur’an, tetapi
mereka malas untuk berpikir tentang ayat-ayat Allah[1], padahal
dikatakan; “Kadzaalika yubayyinu allaahu lakumu al-aayaati la'allakum tatafakkaruuna - Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada mu supaya kamu berfikir[2]”,
Sungguh Allah mengulang-ngulang sindiran kepada mereka yang enggan berpikir terhadap ayat-ayat Al-Qur’an [3]; “Afalaa ta'qiluuna[4]”, “Afalaa ya'qiluuna[5]”, “Awa lam yatafakkaruu[6]”, “Afalaa tatafakkaruuna[7]”, “Afalaa tadzakkaruuna[8]”, “Afalam takuunuu ta'qiluuna[9]”. Apakah kalian tak memakai akal? Apakah kalian tak menelaah? apakah kalian tak berpikir?
[1] Melakukan ijtihad, yaitu bersungguh sungguh berjuang secara akal untuk memahami Al-Quran.
[2] QS. Al Baqarah: 219.
[3]
Tak kurang dua belas kali perintah untuk berpikir yang ada dalam
Al-Quran agar manusia mengetahui rahasia-rahasia kegaiban dan
hikmah-hikmah yang digambarkan dalam fenomena alam semesta.
[4] QS. Yunus: 16, QS. Ali 'Imraan: 65, QS. Al Baqarah: 44, QS. Ash Shaaffaat: 138, QS. Huud: 51.
[17]
Janganlah
merasa bangga walaupun sedikit atas setetes ilmu yang engkau miliki,
kerana diatas langit masih ada langit lagi. Diatas yang berpengetahuan,
masih ada lagi yang jauh lebih berpengetahuan. ”Wa fauqa kulli dzii 'ilmin, 'aliim[1]”.
[1] QS. Yusuf: 76.
[5] QS. Yaasiin: 68.
[6] QS. Ar Ruum: 8. QS. Al A'raaf: 184,
[7] QS. Al An'aam: 50.
[8] QS. Ash Shaaffaat: 155.
[9] QS. Yunus: 16, QS. Yaasiin: 62.
[18]
“Wamaa yastawii al-a'maa waalbashiiru. Walaa alzhzhulumaatu walaa alnnuuru[1]”.
Tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat. Tidak sama
gelap gulita dengan cahaya, tidak pula sama yang teduh dengan yang
panas, dan tidak pula sama orang yang hatinya hidup dan orang-orang yang
hatinya mati. Dan tidaklah sama orang yang awam dengan yang
berpengatahuan[2] dalam membaca kalimat-kalimat ini.
[1] QS. Faathir: 19-20.
[2]
Ketidaksamaan akan muncul dari reaksi setelah mereka membaca
kalimat-kalimat ini. Orang awam akan mencela dan tidak percaya akan
kebenaran yang dijelaskan.
[19]
Walaupun
sekiranya Allah turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang
telah mati berbicara dengan mereka, dan Allah kumpulkan pula segala
sesuatu ke hadapan mereka, niscaya mereka tidak juga akan percaya dengan
kalimat-kalimat yang engkau baca ini[1], kecuali jika Allah
menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
[1] Kalimat yang mengajak untuk meng-Esakan Allah dan meniadakan selain dari padaNya.
[20]
Banyak
orang yang mampu membaca Al-Qur’an secara imanen[1], tapi sedikit yang
memahami sampai ke makna transenden[2]. Sekalipun Al-Qur’an
diibaratkan madu, tapi perlu disaring sehingga bisa memberikan bukti
yang nyata bagi manusia bahwa Al-Qur’an adalah ‘Kitabun mubin[3]’.
[1] Pengertian yang dapat diterima akal.
[2] Pengertian bathin atau spiritual.
[3] Kitab yang nyata secara imanen dan nyata transenden.
[21]
Apabila
Muhammad diumpakan lebah maka Al-Qur’an adalah madunya.“Dan Tuhan-mu
mewahyukan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di
pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia[1]”,
“Kemudian
makanlah dari tiap-tiap macam buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhan-mu
yang telah dimudahkan bagi mu. Dari perut lebah itu ke luar minuman
madu yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda kebesaran Tuhan bagi orang-orang yang
memikirkan[2]”.
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah”, ialah perumpamaan Allah mengutus Rasulullah Muhammad.
“Buatlah
sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di
tempat-tempat yang dibuat manusia”, ialah Allah menjadikan Rasulullah
Muhammad sebagai pembawa wahyu kepada seluruh manusia di muka bumi.
“Makanlah
dari tiap-tiap macam buah-buahan dan tempulah jalan Tuhan-mu yang
telah dimudahkan bagimu”, maksudnya Allah menyuruh Rasulullah Muhammad
hidup dalam jalan kemuliaan yang telah dimudahkan.
“Dari
perut lebah itu ke luar minuman madu yang bermacam-macam warnanya, di
dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia”, ialah
Rasulullah Muhammad memiliki mukjizat berupa Al-Qur’an yang bermanfaat
sebagai petunjuk hati manusia.
Pemahaman ayat sedemikian ini sulit dipahami, kecuali bagi orang-orang yang mau memikirkan[3].
[1] QS. An Nahl: 68
[2] QS. An Nahl: 69.
[3]
Banyak di akhir ayat Al-Quran yang meyatakan bahwa Allah memberikan
petunjuk yang hanya dipahami bagi orang-orang yang mau berpikir.
[22]
Ini
adalah sebuah bacaan yang diberikan kepada mu dengan penuh berkah,
supaya engkau mendapatkan ilmu dan pelajaran, karena engkau adalah
makluk yang mempunyai pikiran.
Katakanlah,
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.
[23]
Sesungguhnya
orang-orang yang mendustakan keterangan-keterangan ini dan
menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan pintu
hati mereka dan tidak pula mereka bertemu dengan Allah, hingga ada unta
masuk ke lubang jarum. Demikianlah Allah memberi ketetapan kepada
orang-orang yang tertutup hatinya.
[24]
Ayat-ayat
yang tertulis[1] hanyalah jendela dari ayat Allah yang nyata, yaitu
langit dan bumi[2]. Dan akal manusialah yang bisa membuka jendela hingga
memahami ayat-ayat nyata-Nya.
“Inna fii khalqi alssamaawaati waal-ardhi waikhtilaafi allayli waalnahaari laa’ayaatin li ulii albaabi
- Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat ayat-ayat Allah bagi orang-orang
yang berakal[3]”.
Semua kejadian di
daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur, dan tidak
jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang
basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata[4].
[1] Yaitu Al-Quran 30 Juz.
[2] Langit dan bumi adalah Lauh Mahfudz-nya Al-Quran.
[3] Diambil dari QS. Ali ‘Imran: 190.
[4] Diambil dari QS. Al An'aam: 59.
[25]
“Pergantian
malam dan siang[1] dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu
dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya[2], dan pada
perkisaran angin terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berakal[3]-[4]”.
[1] Pergantian siang dan malam adalah bolak baliknya hati manusia, yaitu menjadi beriman atau kafir.
[2]
Air hujan adalah petunjuk Al-Quran, dihidupkankan bumi sesudah mati
maksudnya hati yang tidak mengenal Allah menjadi beriman.
[3] Tidak kurang 12 kali Allah menyebutkan dalam Al-Quran bahwa Ia memberikan banyak tanda-tanda bagi orang yang berakal.
[4] QS. Al Jaatsiyah: 5.
[26]
Sunguh
amatlah banyak ayat di Al-Qur’an yang menantang manusia agar
mempelajari ayat-ayat Allah yang ada dilangit dan bumi sehingga bisa
memahami rahasia-rahasia-Nya. Biasanya diawali dengan fenomena alam atau
suatu peristiwa, dan diakhiri dengan kalimat; "laa’ayaatin li ulii albaabi", "laaayaatin li-ulii alnnuhaa", "al-aayaati liqawmin ya'qiluuna", "aayatan bayyinatan liqawmin ya'qiluuna".
Pelajarilah ayat-ayat Al-Qur’an sampai mendalam, karena engkau adalah kaum yang berakal!
[27]
Janganlah
engkau heran dalam usahamu menggali hikmah dan rahasia Al-Qur'an,
engkau akan menemui banyak pertentangan dari orang-orang sekelilingmu,
yaitu orang yang enggan berpikir tapi senang mencelamu. Maka
bersabarlah engkau dan berteguhlah, sesungguhnya mereka adalah
orang-orang yang dikehendaki-Nya sebagai penguji atasmu dijalan
ijtihad yang terang dan diridhoi Allah.
----------Selesai
No comments:
Post a Comment