Monday, 19 August 2013

cahaya diatas cahaya 10;- TUJUH BUAH JALAN-TUJUH LAPIS LANGIT-TUJUH TINGKATAN NAFSU

[1]
Sesungguhnya tidak diciptakan hati manusia kecuali dengan kekomplekan luar biasa, hingga dibuat metafora[1] untuk memudahkan pengetahuan tentang sifat dan karakternya.

Dalam Al-Qur’an, hati manusia dimetaforakan sebagai gunung, dimetaforakan sebagai gua, dimetaforakan sebagai laut, dimetaforakan sebagai langit, dimetaforakan sebagai batu, dimetaforakan sebagai kebun yang subur, dimetaforakan sebagai api yang menyala, dimetaforakan sebagai perahu.
[1] Diumpamakan dengan berbagai bentuk.

[2]
Janganlah engkau berjalanlah dimuka bumi hanya dengan mata untuk milihat dan hanya dengan telinga untuk mendengar, tapi berjalanlah engkau di muka bumi dengan hati untuk melihat dan sekaligus hati untuk mendengar.

[3]
Seluas-luas alam semesta masih kalah luas dibanding dengan luasnya hati orang mukmin. Sesungguhnya luasnya hati orang mukmin dapat muat menampung[1] Allah, sedang luasnya alam semesta tidak muat menampung Nya.
[1] Menampung berarti memahami seluruh dzat dan sifat Allah.

[4]
Ruh manusia dengan ruh binatang sama. Yang beda akal dan jiwanya. Pertumbuhan Akal dan jiwa beda karena ruh ditiupkan pada struktur tubuh yang berbeda, semakin komplek struktur tubuh semakin komplek akal dan jiwa.

[5]
Hati manusia dapat dikatakan sebagai tanah. Ada tanah yang digali sedikit sudah keluar airnya, ada yang perlu digali sangat dalam baru keluar airnya, dan ada yang tidak keluar sama sekali. Demikian itulah Allah yang menghendaki sebagai petunjuk bagi manusia yang mau berfikir.

[6]
Nabi Ibrahim, mangatakan bahwa bulan, bintang, dan matahari yang bukan hanya di luar manusia (tata surya), tetapi di dalam diri manusia sendiri juga ada bulan, bintang, dan matahari, yaitu; “Hati”, “Akal” dan “Ruh”.

Hati diibaratkan bulan. Karena bentuk bulan tidak menentu. Ada purnama ada sabit, ada hati terang ada hati gelap.

Akal diartikan sebagai bintang. Bintang sebagai cahaya yang bisa menuntun manusia menuju arah yang benar, bintang bisa menunjukkan arah barat-arah timur, arah lurus-arah sesat. Itu fungsi bintang, atau perumpamaan dari akal manusia.

Matahari diartikan sebagai ruh manusia. Ruh adalah penggerak kehidupan manusia. Ada gelap ada terang, terbit dan tenggelamnya bintang, itu semua disebabkan daya dan upaya ruh (matahari) yang diberikan kepada hati dan akal manusia[1].
[1] Janganlah menuhankan akal, hati maupun ruh, dengan berangapan bahwa mereka memiliki daya kuat. Tirulah Ibrahim dengan tidak menuhankan mereka sama sekali dengan menghadapkan dirinya hanya kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan ia bukan termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Hal ini dijelaskan dalam QS. Al An'aam 76-78.

[7]
Bagi tiap-tiap manusia terdapat malaikat-malaikat yang selalu berada dalam dirinya, mereka bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[1], siang dan malam bertugas sesuai fungsi masing-masing.

Setiap saat Mikail mambagi bagi rijeki, setiap tarikan nafas Israfil sudah meniup sangkakala, dan  Izroil sudah bekerja mencabut nyawa selama manusia hidup.

Atit dan Roqib tak henti-henti mencatat amalan manusia,  demikian juga Nungkar dan Nangkir setiap saat sudah bertanya “Siapa Tuhanmu?”, “Siapa Rasulmu?”, “Apa kitabmu?” di alam kubur manusia.

Ridwan tidak nganggur ia sudah sibuk bekerja siang malam di surga, apalagi Malik (malaikat Zabaniah) sudah dari dulu menjaga di neraka.

Dari semua itu, Jibril adalah kepalanya. Sesungguhnya Jibril setiap saat bekerja memimpin semua malaikat, dia selalu mengatur dalam diri manusia.
[1] Diambil dari QS. Ar Ra’d:11.

[8]
Setiap saat, setiap orang mukmin bisa melakukan Isra' Mi'raj. "As shalatu Mirajul Mu'minin". Sholat itu bukan hanya pergerakan fisik, tapi lebih dari itu, yaitu perjalanan batin menuju ufuk yang terjauh (Sidratul Muntaha) untuk menghadap Allah.

Apabila telah mencapai Sidratul Muntaha (Al ufuq al Ala-ufuk tertinggi) maka seorang berada pada kondisi batin yang paling dekat dengan Allah, sehingga tidak ada jarak. Dan apa yang dilihat pada saat itu di kanan dan dikiri adalah cahaya (Nurullah), demikian dirinya juga telah melebur menjadi cahaya.

[9]
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan Kami[1]”. Tujuh buah jalan atau tujuh tingkat langit adalah yang dimaksud tujuh tigkatan nafsu; Amarah, Lauwwamah, Mulhamah, Mutmainah, Radhiah, Mardiah dan Kamalia.
 [1] QS. Al Mu'minuun: 17.

[10]
Nafsuh Amarah, hati yang kotor dan selalu berbuat mazmumah (kejahatan)[1]. Orang yang bernafsu amarah hatinya terdapat penyakit, lalu Allah menambah lagi penyakitnya[2]. Ialah orang yang menggunakan hawa nafsunya sebegai Tuhannya, dan Allah mengunci mati pendengaran dan hatinya, dan menutup atas penglihatannya[3]. Mereka berpaling dan menjauhkan diri dari Allah apabila menerima nikmat dan banyak berdoa apabila ditimpa petaka[4]. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah, mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi[5].
[1] Diambil dari QS. Yusuf: 53. “Dan aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan, karena sesungguhnya nafsu amarah itu selalu menyuruh kepada kejahatan”.
[2] Diambil dari QS. Al baqarah: 10. “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta”.
[3] Diambil dari QS. Al Jaatsiyah: 23. “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah membiarkannya sesat. Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”
[4] Diambil dari QS. Fushishlat: 51. “Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri, tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa”.
[5] Diambil dari QS. Al A’raaf: 179. “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”.

[11]
Lauwwamah, nafsu yang menyesali dirinya sendiri[1]. “Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang, maka Allah akan menjadikan untuknya penasihat dari hatinya sendiri, yaitu nafsu Lauwwamah[2]”. Dan sesungguhnya jika manusia mengikuti suruhan jahat setelah datang ilmu (isyarat Lawwamah) kepada mereka, sesungguhnya mereka termasuk dalam golongan orang-orang yang zalim[3]. 
[1] Diambil dari QS. Al Qiyaamah: 2. “Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali dirinya sendiri”.
[2] Al Hadist.
[3] QS. Al Baqarah: 145. “Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu -kalau begitu- termasuk golongan orang-orang yang zalim”.

[12]
Mulhamah, nafsu yang dapat menyingkirkan sebahagian besar dari pada sifat-sifat yang keji. “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,  dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya[1]”. Nafsu Mulhamah menjadi sifat-sifat tenang, lapang dada, walaupun bisa muncul lagi siat-sifat Mazmumah.
[1] QS. Asy Syams: 8-10.

[13]
Mutmainah, nafsu yang bisa merasakan ketenangan hidup, tidak ada perbedaan senang dan susah pada orang yang mencapai nafsu Mutmainah. Ia adalah wali kecil yang bisa menggunakan mata dan pendengaran batin untuk mendapatkan ilmu-ilmu rahasia dari Allah, pada nafsu Mutmainah sudah merasakan kenikmatan surga. “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku[1]”.
[1] QS. Al Fajr: 27-30.

[14]
Radhiah, nafsu yang menimbulkan gelora cinta melebur bersama Dzat Allah. Ia Hanya memandang dan menyaksikan sesuatu bahwa tiada suatu yang wujud melainkan wujud Allah semata. Dimanapun dia menghadap, maka disitulah wajah Allah[1]. Nafsu yang ridho bahwa hanya Allah-lah penguasa kerajaan langit dan bumi. Dan zikirnya selalu zikir Khafi[2]. Mereka bisa berhubungan dengan seluruh Nabi dan Rasul, dan para auliya’.
[1] QS. Al Baqrah: 115.
[2] Zikir Khafi adalah zikir rahasia, zikirnya para Nabi dan Rasul. Yaitu berzikir dengan seluruh anggota badannya, kulitnya berzikir, dagingnya berzikir, darahnya berzikir, tulangnya berzikir, setiap tarikan nafasnya adalah zikir.

[15]
Mardiah, yaitu segala yang keluar darinya semuanya telah diridhoi Allah, karena ia telah tenggelam dalam Fana’ Baqabillah[1]. Nafsu Mardiah  berpegang pada pengertian “Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal[2]”. Zikirnya adalah zikir rahasia, tidak lagi ada ucapan lidah maupun hati, tapi seluruh anggota dhohir dan batinnya mengucapkan dengan zikir rahasia yang didengar oleh telinga batin di Maqam Tanaffas. Mereka berzikir kepada Allah sambil berdiri, sambil duduk dan dalam keadaan berbaring, dan menjelajah seluruh alam sampai mencapai Arsy.
[1] Fana’ Baqabillah yaitu memandang yang satu kepada yang banyak, yaitu semua Allah semata.
[2] QS. An Nahl: 96.

[16]
Kamalia, ialah tingkatan langit tertinggi, nafsu yang manjadikan manusia sebagai Insan ‘Kamil Mukamil’, yaitu manusia yang sempurna dari yang sempurna.

[17]
"Yaa muqollibal quluubi tsabbit quluubanaa 'alaa diinika [1]". Wahai Dzat yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hati kami dalam agamamu.

Sesungguhnya hati itu berada diantara dua jari Allah[2]. Allah akan membolak-balikan sesuka-Nya.

Hati seorang menjadi kafir atau beriman adalah mutlak kehendak Allah sendiri, bukan karena sebab yang lain. Walaupun Allah telah menurunkan Rasulnya dan petunjuk Al-Qur’an, yang berkuasa terhadap hati manusia mutlak adalah Allah.
[1] Al Hadist.
[2] Al Hadist.

[18]
Ada banyak binantang masuk surga; untanya Nabi Sholeh, anak sapinya Nabi Ibrahim, kambing gibasnya Nabi Ismail, sapinya Nabi Musa, ikan paus yang memakan Nabi Yunus, khimarnya Nabi Uzair, semutnya Nabi Sulaiman, burung hud-hud Nabi Sulaiman, untanya Nabi Muhammad Saw, anjingya Ashabul Kahfi.

Hal itu semua hanya saktu makna, yaitu mengambarkan bahwa nafsu yang bisa dikendalikan menuju perbebuatan baik, maka tidak ada pahala yang diberikan kecuali surga.
----------Selesai

No comments:

Post a Comment

Blogroll